Rabu, 05 Oktober 2022

kitab Nashoihud diniyyah

 kitab Terjemahan Nashoihud diniyyah 

Download klik link dibawah ini : 

jilid 1 

Jilid 2 

 






 

kitab Nashoihud diniyyah 

Dalam kitab ini terdapat penjelasan tentang perkara-perkara yang wajib diketahui setiap Muslim. Beberapa materi yang disampaikan yaitu tentang aqidah, hukum, hingga akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap ciptaan Allah.

Berikut beberapa pelajaran yang bisa diambil umat Islam dari kitab Nashoihud Diniyah:

1. Takwa sebagai Benteng Manusia

Dalam kitab ini, Abdullah bin Alwi al-Haddad mengingatkan pentingnya bertakwa kepada Sang Pencipta. Sebab, perilaku ini merupakan suatu kebaikan, secara lahir dan batin.

Menurutnya, ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT adalah satu-satunya benteng untuk menyelamatkan manusia dari azab-Nya. Terlebih takwa memiliki banyak keutamaan, salah satunya menyelamatkan dari api neraka.

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلأَوَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيّاً، ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا

(مریم: ۷۱-۷۲)

Artinya: "Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). 'Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Ka- mi akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa." (Maryam/19: 71-72)

2. Larangan Berpecah-belah dan Berselisih Paham dalam Urusan Agama

Dalam kitab ini, dijelaskan pula soal larangan berpecah-belah dan berselisih paham dalam urusan agama. Sebab, Allah SWT telah mengatakan bahwa akan datang azab yang pedih bagi mereka yang melakukannya.


وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمُ 

(ال عمران:١٠٥)

Artinya: "Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang- orang yang mendapat azab yang berat." (Ali Imran/3: 105)

3. Perintah Berpegang Teguh pada Agama Allah

Abdullah bin Alwi al-Haddad dalam kitab ini juga membahas tentang perintah Allah SWT agar umat manusia berpegang teguh pada Islam, agama yang diridhai-Nya. Caranya dengan mempelajarinya, menjaganya, meluruskan hati dan bersatu dalam memeluknya.

Sebagaimana disampaikan dalam surat Ali Imran ayat 103, Allah memperingatkan hamba-Nya agar tak tercerai berai. Sebab, Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada mereka yang menjaga persatuan dan saling tolong menolong.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا (ال عمران ۱۰۳)

Artinya: "Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai." (Q.S. Ali Imran:103)

4. Bahaya Maksiat dan Pentingnya Segera Bertobat

Dalam kitabnya, Abdullah bin Alwi al-Haddad menyampaikan, orang yang berada dalam bahaya adalah mereka beriman dengan hati dan lisannya namun melalaikan perintah-Nya dengan berbuat maksiat.

Oleh karenanya, penting bagi orang-orang tersebut untuk segera sadar dan bertobat. Sebab, apabila meninggal sebelum memohon ampunan-Nya, dikhawatirkan akan masuk dalam kelompok orang yang kafir dan munafik.


Sosok Abdullah bin Alwi al-Haddad

Penulis kitab Nashoihud Diniyah ini lahir pada 31 Juli 1634 M atau 1044 H. Saat kecil beliau kehilangan penglihatan karena penyakit cacar dan diberi ganti berupa penglihatan batin oleh Allah SWT.


Meski memiliki keterbatasan dalam penglihatannya, beliau punya semangat belajar yang tinggi. Beliau bahkan telah belajar dari ulama-ulama besar seperti yaitu al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Atas hingga Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad.

Ilmu yang beliau peroleh itu dibagikannya kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti mengajar dan berdakwah. Beliau bahkan terkenal dengan sebutan ‘Qutbud Da’wah Wa al-Irsuad’ karena memiliki kata-kata yang bijak dalam setiap dakwahnya.

Beliau juga menyebarkan ilmu yang dimilikinya lewat tulisan. Karya-karya beliau bahkan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Menurut Muhamad Basyrul Muvid dalam buku Tasawuf Kontemporer, karya Abdullah bin Alwi al-Haddad lainnya yang terkenal di Indonesia adalah Ratib al-Haddad, yaitu kumpulan wirid yang diwarisi dari Rasulullah SAW.


Ngaji Kitab Nashaih: Takwa Kunci Kebahagiaan

Al-Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad adalah seorang ulama pembaharu (mujaddid) yang tidak asing lagi namanya. Selain terkenal sebagai penyusun ratib (beliau adalah shahib râtib al-Haddâd dan Wirdul Lathîf), beliau pun menulis banyak kitab yang banyak dikaji khususnya di Indonesia. Salah satu dari kitab beliau yang terkenal ialah kitab al-Nashâih al-Dîniyyah yang mengkaji tentang nasihat-nasihat keagamaan yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Kesempatan kali ini saya ingin mengajak pembaca untuk mengaji kitab ini dengan ringkas namun kita dapat mengambil pelajaran berharga yang beliau sampaikan di dalamnya.


Imam Abdullah al-Haddad membuka pembahasan pada kitab ini mengenai takwa. Takwa adalah perintah Allah swt kepada hamba-Nya sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)


Beliau mengungkapkan, bahwa perintah takwa untuk umat Islam bukanlah tanpa alasan. Akan tetapi, banyak kebaikan yang akan didapat manusia jika ia bertakwa kepada Allah swt. Kebaikan itu tidak hanya untuk kehidupan di dunia namun juga pastinya untuk kehidupan akhirat. Oleh sebab itu, Allah swt menjadikan takwa sebagai perantara kita untuk dapat menggapai segala kebaikan tersebut. Dan hendaknya pula, kita tidak hanya berusaha mengamalkan ketakwaan untuk diri sendiri, akan tetapi juga mengingatkan saudara kita tentang pentingnya takwa.


Selanjutnya, Imam Abdullah memaparkan beberapa kebaikan yang agung dan kebahagiaan yang akan didapat oleh hamba yang bertakwa:


Perasaan selalu dibersamai oleh Allah swt. Sehingga ia akan selamat dari perbuatan maksiat dan perasaan lebih tenang sebab yakin akan penjagaan-Nya.

Dapat membedakan saat menghadapi permasalahan, mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu takwa juga menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosa. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt berikut,


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ


Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. al-Anfâl: 29)


Selamat dari api neraka.

Dapat keluar dari kesulitan dan wasilah mendapat rizki dari arah yang tak terduga, serta mendatangkan kemudahan dan pahala baginya.

Dijanjikan surga.

Kemuliaan di dunia dan akhirat.

Mengenai hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Quran:


اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ


Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah swt ialah orang yang paling bertakwa. (QS. al-Hujurât: 13)


Imam Abdullah menegaskan, bahwa ayat ini jelas menegaskan bahwa ukuran kemuliaan seseorang baik di dunia dan akhirat adalah tingkat ketakwaannya. Kemuliaan tidak dapat dilihat dari nasab keturunan, tidak juga dari banyaknya harta, tidak dari ketenaran maupun kedudukan, dan perkara duniawi lainnya. Maka hendaknya seorang mukmin menyibukkan dirinya dalam ketakwaan sebab itulah yang akan mengantarnya pada kemuliaan di sisi Allah swt.


Dan untuk mendapatkan segala kebaikan dan kebahagiaan yang sudah disebutkan, jalan satu-satunya adalah menanamkan ketakwaan dalam hati kita. Lalu apa sebenarnya takwa itu? Imam Abdullah al-Haddad masih dalam kitab Nashâih memaparkan beberapa pengertian takwa, di antaranya, “Takwa ialah mengerjakan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya baik secara dzahir maupun batin, disertai dengan pengagungan akan Allah swt.”


Beliau juga mengutip pendapat sebagian ahli tafsir saat menafsirkan ayat mengenai perintah bertakwa dengan sebenar-benar takwa,


هو أن يطاع فلا يعصى, ويذكر فلا ينسى, ويشكر فلا يكفر


Sebenar-benarnya takwa ialah dengan mentaati dan tidak bermaksiat, dengan terus mengingat dan tidak lupa, serta dengan terus bersyukur dan tidak kufur.


Meski begitu, setiap dari kita tentu akan kesulitan dan tidak akan sampai pada makam takwa dengan sebenar-benarnya takwa. Maka yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Serta teruslah berdoa agar Dia memberi perlindungan kepada kita dari hal-hal yang tidak Dia cintai. Wallahu a’lam. 


Beliau juga menerangkan tentang kerangka dasar dakwah di jalan Allah dan tata cara menunaikan hak-hak Allah dengan menguatkan penerangannya berdalilkan firman firman Allah ta‟ala, sabda Nabi saw, dan pendapat para imam dan alim ulama‟, yang dirasa tidak pantas seorang muslim mengabaikannya, dan yang bahkan seorang alim, juru dakwah, guru ataupun murid senantiasa memerlukannya.


A. Amar Ma'ruf Nahi Munkar


1. Jihad

2. Kehutamaan Jihad

3. Adab Seorang Pejuang


B. Pembahasan Tentang Kekuasaan dan hak-hak Orang Lain


1. Kewajiban bagi seorang pemimpin

2. Kewajiban bagi seorang Hakim

3. Kewajiban memperhatikan anak yatim

4. Hak-hak kedua orang tua

5. Hak seorang anak

6. Menyambung tali kerabat

7. Hak Istri dan keluarga

8. Keuatmaan menikah

9. Berbuat baik kepada hamba sahaya dan tetangga

10. Berbuat baik terhadap teman, sahabat dan kerabat

11. Hak seorang muslim terhadap lainnya


C. Mencari Makanan Halal


1. Wara'

2. Adab seorang pedagang

3. Pengharaman riba

4. Pengharaman minuman keras

5. Menjaga hati dan anggota tubuh

6. Bahaya Lisan

7. Menjaga kemaluan

8. Menjaga hati

9. Penyakit hati

10. Sombong

11. Riya'

12. Sifat dengki

13. Cinta DUnia

14. Cinta ketenaran dan harta

15. Kikir dan pelit

16. Tipudaya


D. Berbagai Perkara Pembawa Keselamatan


1. Taubat

2. Harapan dan cemas

3. Bersabar

4. Syukur

5. Zukud

6. Bertawakkal kepada Allah swt

7. Cinta karena Allah swt

8. Ridha atas segala ketetapan Allah swt

9. Keikhlasan

10. Bersungguh-sungguh kepada Allah swt, muraqabah dan bertafakkur

11. Angan-angan pendek


E. Mengenai Aqidah Ahlussunnah Wal jamaah


Penutup

Demikian penjelasan singkat tentang Kitab NASHOIHUD DINIYYAH, yang kami bagikan.

Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kitab Tauhid Sanusiyah

 Terjemahan kitab Tauhid Sanusiyah  klik  dibawah ini :  kitab Sanusiyah   kitab matan Sanusiyah (arab)   Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul B...