Terjemahan al Qur'an Perkata
Download klik link dibawah ini :
Pusat Kitab Hikmah klasik, Buku Hikmah, kitab Terjemahan, Buku islam, kitab Pesantren serta Buku Amalan Doa, wirid, Asma, Hizib dan Qosam
Terjemahan al Qur'an Perkata
Download klik link dibawah ini :
Download Terjemahan Kitab Al Itqan fi Ulumil qur'an
klik link dibawah ini :
Al-Itqan fi Ulumil Qur’an : Kitab Panduan Ideal Memahami Al-Qur’an
ini salah satu kitab yang membahas secara khusus tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an adalah Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an. Ya, kitab ini merupakan salah satu kodifikasi penting yang membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan luas, detail, dan mudah untuk dipahami.
Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an merupakan salah satu karya dari sekian banyak karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi, yang ditulis pada ujung abad kedelapan hijriah, di mana kodifikasi khusus tentang Al-Qur’an saat itu benar-benar penting dan menjadi salah satu materi yang sangat diminati oleh banyak orang, kemudian terus berkembang dan belanjut hingga saat ini.
Sekilas tentang Penulis
Penulis Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an bernama lengkap Abul Fadl Jalaluddin Abdurrahman bin Al-Kammal Abi Bakar bin Muhammad As-Asyuthi As-Syafi’i. Ia dilahirkan pada hari Ahad pertengahan bulan Rajab tahun 849 Hijriyah di kota Asyuth, sebuah kota yang ada di Mesir. Ia wafat pada tahun 911, kemudian dimakamkan di Mesir.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi merupakan ulama tersohor yang tidak diragukan lagi keilmuannya. Ia tidak hanya menjadi ulama dan panutan pada masa itu, namun juga dikenal sebagai mujaddid Islam (pembaharu Islam) pada abad kesembilan. Semua bidang ilmu syariat berhasil ia kuasai dengan sangat mendalam. Ia juga ulama yang sangat produktif, bahkan ada yang mengatakan bahwa jumlah karyanya mencapai 600 kitab. (As-Suyuthi, Muqaddimah Nuzulur Rahmah, [1987], halaman 10).
Karya Imam As-Suyuthi
Di antara karya-karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi adalah:
Al-Itqan fi Ulumil Qur’an;
Ad-Durrul Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur
Asrarut Tanzil;
Al-Muhadzab fima Waqa’a fil Qur’an minal I’rab;
Al-Iklil fis Tinbathit Tanzil;
At-Thibbun Nabawi;
Fathul Jalil lil ‘Abdiz Dzalil;
Ham’ul Hawami’;
Kasyful Ghutta’ fi Rijalil Muwattha’;
Dan masih banyak lagi karya-karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi.
Alasan Penulisan Kitab
Sebagaimana disebutkan dalam mukaddimah kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, alasan penulisan kitab ini adalah bermula dari kesadaran Imam As-Suyuthi perihal pentingnya mempelajari ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an, dan tidak ditemukannya suatu kodifikasi khusus dari para ulama sebelumnya yang membahas tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, bahkan ia sendiri heran karena sebelumnya tidak ada ulama yang memperhatikan ilmu yang satu ini. Sebagaimana yang telah ia sebutkan dalam mukadimahnya,
لقد كنت في زمان الطلب أتعجب من المتقدمين، اذ لم يدونوا كتابا في أنواع علوم القران
Artinya, “Sungguh aku (Imam As-Suyuthi) sempat heran di waktu mencari ilmu kepada para ulama terdahulu, yang tidak menulis suatu kodifikasi tentang macam-macam ilmu Al-Qur’an.” (Lihat, halaman 15).
Sebelum Imam As-Suyuthi, terdapat Imam Al-Bulqini yang berhasil menulis beberapa rumus-rumus ilmu-ilmu Al-Qur’an yang memuat 40 bab pokok. Hanya saja, kitab yang ditulis oleh Al-Bulqini tidak cukup luas untuk dijadikan referensi tentang ilmu Al-Qur’an pada masa itu. Akhirnya Imam As-Suyuthi bertekad kuat untuk menuliskan sebuah kitab khusus yang membahas tentang Al-Qur’an dengan lebih luas dan detail.
Sekilas tentang Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an
Kitab Al-Itqan fi Ulumil Qur’an merupakan salah satu kodifikasi atau kitab yang menjelaskan tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Dengan mempelajari kitab ini, makan akan memudahkan bagi para pelajar dan santri untuk lebih mengerti cara baca firman Allah swt dengan mudah dan gampang, serta bisa membantu untuk lebih luas memahami isi dan kandungan yang ada di dalamnya. Karenanya, kitab ini sangat penting untuk dijadikan materi pelajaran, baik di madrasah maupun pesantren.
Luasnya kitab yang ditulis oleh Imam As-Suyuthi ini bisa dilihat dari banyaknya pembahasan yang ia tulis di dalamnya, yaitu mencakup 80 pembahasan pokok, tidak termasuk cabang-cabang dari masing-masing pembahasan yang 80. Karenanya, kitab ini sangat membantu bagi para pembaca untuk mengenal Al-Qur’an lebih lanjut.
Pada pembahasan pertama, Imam As-Suyuthi menjelaskan definisi surah Makiyah dan Madaniyah. Dalam pembahasan ini, ia menyebutkan bahwa tempat diturunkannya ayat Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, (1) Makiyah; (2) Madaniyah; (3) sebagian Makiyah dan sebagian yang lain Madaniyah; dan (4) selain Makkiyah dan Madaniyah.
Makiyah adalah surat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebelum hijrah dari Makkah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi setelah hijrah, baik diturunkan di Makkah maupun di Madinah.
Setelah pembahasan tentang ayat Al-Qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengannya selesai, Imam As-Suyuthi melanjutkan pada pokok pembahasan berikutnya, yaitu waqaf dan ibtida. Waqaf dan ibtida adalah menghentikan suara atau bacaan sebentar untuk bernafas, kemudian mengambil nafas untuk melanjutkan bacaan kembali. Dua tema ini menjadi penentu kapan harus berhenti membaca Al-Qur’an, dan kapan harus dilanjutkan kembali.
Tidak lupa Imam As-Suyuthi juga menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Al-Qur’an dibanding yang lainnya. Pada pembahasan ini, ia mengutip banyak hadits Nabi Muhammad saw perihal keutamaannya, salah satunya adalah:
الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَكْثُرُ خَيْرُهُ وَالْبَيْتُ الَّذِي لاَ يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يَقِلُّ خَيْرُهُ
Artinya, “Sungguh rumah yang dibacakan Al-Qur’an di dalamnya akan banyak kebaikannya, dan rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an di dalamnya akan sedikit kebaikannya.” (HR Anas bin Malik).
Di pembahasan akhir kitab, Imam As-Suyuthi membahas tentang gharaib atau hal-hal asing dalam Al-Qur’an. Dalam pembahasan ini, ia menjelaskan makna dan kandungan di balik adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang jarang diketahui oleh banyak orang dan jarang dijelaskan oleh para ulama secara umum. Ia juga menjelaskan cara baca Al-Qur’an dengan metode yang jarang digunakan oleh para ulama pada umumnya. Wallahu a’lam.
Download Terjemahan kitab Mutamimah Pdf
klik link dibawah ini :
Kitab Mutammimah Al-Jurumiyah Fi Ilmi Arabiyyah
Dalam mempelajari bahasa arab, tentunya ada ilmu dasar yang musti dikuasai terlebih dahulu.
Kaidah keilmuan atau iIlmu ilmu yang mempelajari cara membaca kitab kuning antara lain adalah sebagai berikut :
Ilmu retorika (al-balaghah)
Ilmu morfologi (ash-sharfi)
Ilmu sintaksis (an-nahwi)
Ilmu semantik (ad-dalalah)
Dan ilmu lainnya.
Dan kitab Mutammimah Al-Ajurumiyah Fi Ilm Al-Arabiyah adalah salah satu kitab diantarnya yang dipelajari oleh santri di pondok pesantren dengan menggunakan kitab mutammimah makna pesantren pdf tentunya.
Isi kitab Mutammimah Al-Ajurumiyah Fi Ilm Al-Arabiyah secara garis besar mempelajari tentang ilmu nahwu atau ilmu sintaksis bahasa arab.
Kitab ini ditulis oleh Muhammad bin Muhammad Ar-Ra’ini Al-Maliki atau dikenal luas dengan nama Syaikh Syamsuddin Al-Maliki.
Mutammimah Al-Ajurumiyah Fi Ilm Al-Arabiyah adalah kitab penyempurna atau kitab penjelas dari matan al jurumiyah atau dengan kata lain kitab ini merupakan kitab syarah matan aj jurumiyah karangan Syaikh Ash-Shonhaji (Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash-Shonhaji).
Kitab mutammimah sendiri merupakan kitab yang menjadi jembatan untuk mempelajari kitab kitab nahwi shorof yang lebih tinggi, seperti kitab matan alfiyah, kitab syarah Ibnu Aqil dan kitab kitab nahwu yang lebih tinggi lainnya.
Adapun skema mutamimmah jurumiyah adalah sebagai berikut :
Daftar Isi Kitab Mutammimah Al-Ajurumiyah Fi Ilm Al-Arabiyah
Bab kalam dan susunannya
Bab i’rab dan bina’
Bab mengetahui tanda-tanda i’rab (rafa’
Bab nashob
Bab khafdl/jer
Bab jazem
Bab pembagian isim-isim yang di-i’rab
Bab baik dengan harakat maupun huruf
Bab mengira-ngirakan harakat
Bab ism ghoiru munshorif
Bab nakirah dan ma’rifat
Bab dlomir dan mudlmar
Bab ‘alam
Bab ism-ism isyarah
Bab ism maushul
Bab ism yang di ma’rifat-kan dengan adat
Bab ism yang disandarkan pada ism ma’rifat
Bab ism-ism yang dibaca rafa’
Bab fa’il
Bab naibul fa’il (maf’ul yang tidak disebutkan fa’il-nya)
Bab mubtada’ dan khabar
Bab amil-amil yang bisa masuk pada mubtada’ dan khabar
Bab kana wa akhwatuha
Bab huruf yang diserupakan dengan laysa
Bab af’alul muqarabah
Bab jenis kedua dari ‘amil nawasikh
Bab la yang beramal seperti amalnya inna
Bab jenis ketiga dari ‘amil nawasikh
Bab ism-ism yang dibaca nashab
Bab maf’ul bih
Bab isytighal
Bab munada
Bab munada yang disandarkan pada ya’ mutakallim
Bab maf’ul muthlaq
Bab maf’ul fiih
Bab maf’ul min ajlih
Bab maf’ul ma’ah
Bab isim yang diserupakan dengan maf’ul
Bab hal
Bab tamyiz
Bab mustatsna
Bab isim-isim yang dibaca jer
Bab jer dengan idlofah
Bab i’rab-nya beberapa fi’l
Bab na’at
Bab ‘athof
Bab taukid
Bab badal
Bab ism yang beramal seperti amalnya fi’l
Bab tanazu’ fi al-‘amal (berselisih dalam amal)
Bab ta’ajjub (kekaguman)
Bab ‘adad (bilangan) dan waqaf (perhentian)
Saat ini kitab mutammimah sudah memiliki kitab syarah, yakni kitab kawakib durriyah syarah mutammimah.
Dan untuk teman teman yang ingin mengetahui ringkasan kitab mutammimah al jurumiyah, silahkan lihat keterangan kitab berikut ini.
Keterangan Kitab Mutammimah
Judul Kitab : Mutammimah Al-Ajurumiyah Fi Ilmil Arabiyyah
Pengarang : Syeikh Syamsudin Muhammad bin Muhammad ar-Raini al-Maliki
Tahqiq : –
Penerbit : –
Tebal Kitab : 135 halaman
Baik, itu tadi sekilas tentang kitab mutammimah yang bisa dipelajari kali ini.
Dan sampai disini dulu perjumpaan kali ini pada tema pembahasan Download Kitab Mutammimah Pdf Dan Terjemahan, semoga bermanfaat.
Download Terjemahan kitab Nadhom Maqshud Pdf
klik link dibawah ini :
TERJEMAHAN KITAB NADHOM MAQSHUD
Mengenal Kitab Nadhom Maqshud Karya Al-Thahawi
Dalam dunia pesantren, perubahan bentuk kata dikenal dengan istilah Tashrif. Salah satu Kitab Tashrif yang paling populer bagi pelajar Indonesia adalah Kitab Nadhom Maqsud karya Syaikh Ahmad bin Abdurrahim al-Thahthawi (1132-1302 H).
Dalam Bahasa Arab, terlalu sangat banyak perubahan bentuk kalimat. Kata dasarnya disebut sebagai Masdhar.
Dan dari Mashdar ini dapat berubah kedalam berbagai bentuk kalimat lainnya seperti bentuk Fi’il Madhi, Mudhari’, Amar dan lain sebagainya.
Kitab Nadhom Maqsud memuat sekitar 113 syair. Dan sangat mudah untuk dihafal oleh para pelajar pemula dibidang keilmuan Saraf.
Terjemahan Nadhom Maqsud
Daftar Isi
يَقُوْلُ بَعْدَ حَـمْـدِ ذِي الجَـلاَلِ ** مُـصَـلِّـيًـا عَلَـى النَّـِبيْ وَ الآلِ
seraya membaca shalawat dan salam untuk Nabi dan semua keluarganya
عَـبْـدٌ أَسِـيْـرُ رَحْمَةِ الـكَرِيمِ ** أَيْ أَحْـمَدُ بْنُ عَابِـدِ الـرَّحِيْــم
Syekh Ahmad bin Abdurrahim seorang hamba yang menjadi tawanan rahmat Allah setelah memuji Allah yang Maha Agung
Bab Fi’il Tsulatsi
فِعْلٌ ثـُلاَثِـيٌّ إِذَا يُجَــــرَّدُ ** أَبْوَابُـهُ سِـتٌّ كَمَا سَــتُسْــرَدُ
Fi’il tsulasi mujarrad ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal dan tanpa ( sunyi ) huruf tambahan (ziyadah ) itu babnya itu ada 6 yang akan diterangkan dengan tertib
فَالعَيْنُ إِنْ تُفْـتَحْ بِمَاضٍ فَاكْسِـرِ ** أَوْ ضُمَّ أوْ فَافْـتَحْ لَـهَا فِي الغَـابِـرِ
Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca fathah [فَعَلَ ] maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu boleh wajah 3 yaitu:
kasroh [فَعَلَ يَفْعِلُ]
dhomah [فَعَلَ يَفْعُلُ]
fathah [فَعَلَ يَفْعَلُ
وَإِنْ تُـضَمَّ فَاضْمُـمَنْـهَا فِـيْهِ ** أوْ تَـنْـكَسِرْ فَافْتَحْ وَكَسْرًا عِـيْـهِ
Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca zummah [فَعُلَ] maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlari’ itu hanya dibaca zummah saja [يَفْعُلُ] dan apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca kasroh [فَعِلَ] maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlari’ itu boleh dibaca fathah [يَفْعَلُ] dan kasrah [يَفْعِلُ]
وَلاَمٌ اوْ عَيْنٌ بِـمَا قَـدْ فُـتِحَـا ** حَلْقِيْ سِوَى ذَا بِالشُّذُوذ ِ اتَّضَحَـا
Fi’il tsulasi mujarrad yang ikut wazan [فَعَلَ يَفْعَلُ] itu disyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya harus berupa salah satu huruf halqi yang ada 6 [ء، غ،ع، ح، خ، ه] dan jika tidak berupa huruf halqi maka hukumnya syad ( menyimpang dari kaedah yang telah ditentukan )
BAB RUBA’I DAN RUBA’I MULHAQ
ثُمَّ الــرُّبَاعِىُّ بِبَــابٍ وَاحِدِ ** وَ الْحِقْ بِـهِ سِتـًّا بِغَـيْرِ زَائِـدِ
Fi’il ruba’i mujarrad ( fi’il yang huruf asalnya ada 4 dan tanpa huruf tambahan ) itu babnya ada satu yaitu [فَعْلَلَ – يُفَعْلِلُ],sedangkan fi’il ruba’i mulhaq mujarrad ( fi’il yang huruf asalnya ada 3 dan di tambah satu huruf untuk disamakan dengan ruba’i mujarrad ) itu babnya ada 6 yaitu :
فَـوْعَـلَ فَعْوَلَ كَذَاكَ فَـيْعَـلاَ ** فَعْـيَلَ فَـعْلَى وَ كَذَاكَ فَـعْـلَـلاَ
[فَوْعَلَ – يُفَوْعِلُ];
[فَعْوَلَ – يُفَعْوِلُ];
[فَيْعَلَ – يُفَيْعِلُ];
[فَعْيَلَ – يُفَعْيِلُ];
[فَعْلَي – يُفَعْلِي];
[فَعْلَلَ – يُفَعْلِلُ].
زَيْـدُ الثُّلاَثِيْ أَرْبَـعٌ مَعْ عَشْـرِ ** وَهْيَ لِأَقْسَـامٍ ثَـلاَثٍ تَـجْــرِي
BAB TSULASI MAZID
أَوَّلُـهَا الرُّبَـاعِ مِثْلُ أَكْرَمَــا ** وَفَعَّـلَ وَ فَـاعَلاَ كَـخَاصَمَـــا
Yang pertama adalah fi’il tsulasi mazid ruba’i ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu ditambah satu huruf ) adapun babnya itu ada 3 yaitu :
[أَفْعَلَ – يُفْعِلُ] seperti [أَكْرَمَ – يُكْرِمُ]
[فَاعَلَ – يُفَاعِلُ] seperti [خَاصَمَ – يُخَاصِمُ]
[فَعَّلَ – يُفَعِّلُ] seperti [فَرَّحَ – يُفَرِّحُ]
Baca Juga : Kitab Minhajul Muta'allim Karya Imam Ghazali
وَاخْصُصْ خُمَاسِيًّا بِذِي الأَوْزَانِ ** فَـبَـدْؤُهَا كَـا نْكَـسَرَ وَ الثَّـانِي
Yang kedua adalah fi’il tsulasi mazid khumasi ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat dua huruf tambahan ) adapun babnya itu ada 5
اِفْـتَعَلَ اِفْـعَلَّ كَذَا تَفَــعَّلاَ ** نَــحْوُ تَعَــلَّمَ وَزِدْ تَفَاعَـــلاَ
[اِنْفَعَلَ – يَنْفَعِلُ] seperti [اِنْكَسَرَ – يَنْكَسِرُ]
[اِفْتَعَلَ – يَفْتَعِلُ] seperti [اِجْتَمَعَ – يَجْتَمِعُ]
[اِفْعَلَّ – يَفْعَلُّ] seperti [اِحْمَرَّ – يَحْمَرُّ]
[تَفَعَّلَ – يَتَفَعَّلُ] seperti [تَعَلَّمَ – يَتَعَلَّمُ]
[تَفَاعَلَ – يَتَفَاعَلُ] seperti [تَخَاصَمَ – يَتَخَاصَمُ]
ثُمَّ السُّدَاسِيْ استَفْعَلاَ وَ افْعَوْعَـلاَ ** وَافْعَــوَّلَ افْعَـنْلَى يَـلِيهِ افْعَنْلَـلاَ
Yang ketiga adalah fi’il tsulasi mazid sudasi ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat tiga huruf tambahan ) adapun babnya itu ada 6 yaitu :
[اِسْتَفْعَلَ – يَسْتَفْعِلُ] seperti [استغفر – يستغفر]
[اِفْعَوْعَلَ – يَفْعَوْعِلُ] seperti [اعشوشب – يعشوشب]
[اِفْعَوَّلَ – يَفْعَوِّلُ] seperti [اجلوذ – يجلوذ]
[اِفْعَنْلَي – يَفْعَنْلِي] seperti [اسلنقي – يسلنقي]
[اِفْعَنْلَلَ – يَفْعَنْلِلُ] seperti [اقعنسس – يقعنسس]
[افعَالَّ – يَفْعَالُّ] seperti [اِحْمَارَّ – يَحْمَارُّ] وَافْعَالَ مَا قَدْ صَاحَبَ الَّلاَمَينِ ** زَيْـدُ الرُّبَاعِـيِّ عَلَـى نَوْعَــيْنِ
ذِي سِتَّةٍ نَحْوُ افْعَلَلَّ افْعَنْلَـلاَ ** ثُـمَّ الـخُـمَاسِيْ وَزْنُـهُ تَفَعْلَـلاَ
Fi’il ruba’i mazid sudasi ( fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu mendapatkan tambahan dua huruf), sedangkan wazannya ada 2 yaitu:
[اِفْعَلَلَّ – يَفْعَلِلُّ] seperti [اقشعر – يقشعر]
[اِفْعَنْلَلَ – يَفْعَنْلِلُ] seperti [اخرنجم – يخرجم]
Syarahan Kitab Nadhom Maqsud
Terdapat tiga kitab syarahan paling populer dan dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga sangat mudah dipahami oleh belajar pemula.
Terjemah Nadhom Maqsud Bab Masdar dan Musytaq
بَابُ الْمَصْدَرِ وَمَا يُشْتَقُّ مِنْهُ
(Bab Masdar dan Shighat yang Mustaq)
مِيْمِي وَغِيْرِهِ عَلىَ قِسْمَيْن ¤ وَمَصْدَرٌ أَتىَ عَلىَ ضَرْبَيْنِ
وَمَا عَدَاهُ فَالْقِيَاسَ تَتَّبِعْ ¤ مِنْ ذَيْ الثَّلاَثِ فَالْزَمِلْ الَّذِي سُمِعَ
Terjemah:
Masdar datang dengan 2 macam, yakni masdar mim dan masdar ghoiru mim serta masdar ghoiru mim itu dibagi lagi menjadi dua.
Dari fi’il tsulasi maka tetapkan pada masdar sama’i dan selain tsulasi maka mengikuti pada masdar qiyasi.
Penjelasan Syarah:
Pada bab ini kami akan menjelasakan tentang masdar dan shighat yang mustaq. Adapun Masdar itu dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Masdar mim (مَصْدَرْ مِيْمِيْ) ialah masdar yang huruf pertamanya berupa huruf mim tambahan (ميم الزائدة). Misalnya مَفْعَلاً.
Masdar ghoiru mim (مَصْدَرْ غَيْرُ مِيْمِيْ) ialah masdar yang huruf pertamanya tidak berupa mim tambahan selain wazan (مُفَاعَلَةٌ). Misalnya فَعْلاً.
Baca Juga: Pengertian Shigat, Pembagian dan Contohnya
“Kenapa wazan مُفَاعَلَةٌ tidak dinamakan masdar mim padahal-kan diawali oleh huruf min? karena huruf min pada wazan مُفَاعَلَةٌ itu adalah huruf mim asli/asal, sedangkan huruf min yang ada pada masdar mim ini dinamakan huruf mim zaidah (huruf tambahan) bukan huruf asli/asal”.
Masdar ghoiru mim itu dibagi lagi menjadi dua bagian: (1). Sama’i (2). Qiyasi.
Sama’i ialah setiap masdar yang mana lafad-lafadnya sudah ditentukan oleh orang-orang Arab dan sulit untuk menentukan dengan wazan-wazan tertentu karena terlalu banyak. Misalnya عَلِمَ يَعْلَمُ عِلْمًا.
Qiyasi ialah setiap masdar yang mana lafad-lafadnya dapat ditentukan oleh wazan-wazan tertentu. Misalnya, kalimat fi’il yang ikut wazan أَفْعَلَ maka masdarnya ikut wazan إِفْعَالاً.
صَحِيْحٍ أَوْ مَهْمُوْزٍ أَوْ مُضَاعَفٍ ¤ مِيْمِي الثُّلاَثِي إِنْ يَكُنْ مِنْ أَجْوَفٍ
وَشَذَّ مِنْهُ مَا بِكَسْرِ الْعَيْنِ ¤ أَتَى كَمَفْعَلٍ بِفَتْحَتَيْنِ
Terjemah:
Masdar mimnya dari fi’il tsulasi mujarrod apabila terdiri dari bina’ ajwaf atau shohih atau mahmuz ataupun mudlo’af.
Maka ia datang dengan mengikuti wazan مَفْعَلاً dan hukumnya syadz (jarang) apabila dibaca kasroh a’in fi’ilnya مَفْعِلاً.
Baca Juga: Lengkap! Pengertian Bina’, Pembagian, dan Contohnya
Penjelasan Syarah:
Masdar mimnya fi’il tsulasi mujarrod baik berupa bina’ ajwaf, shohih, mahmuz, atau mudlo’af maka mengikuti wazan (مَفْعَلاً). Misalnya مَمَدًّا، مَقْرَأً، مَنْصَرًا، مَصَانًا.
Dan dihukumi syadz (jarang) apabila ikut wazan مَفْعِلاً. Misalnya مَسْجِدًا، مَغْرِبًا.
مُضَارِعٍ إِنْ لاَ بِكَسْرِهَا يَبِنْ ¤ كَذَا اسْمُ الزَّمَانِ وَالْمَكَانِ مِنْ
Terjemah:
Begitu juga dengan isim zaman dan isim makan, kecuali jika ‘ain fi’il mudlori’nya dibaca kasroh.
Penjelasan Syarah:
Apabila ada fi’il tsulasi mujarrad yang berupa bina’ ajwaf, shohih, mahmuz, atau mudho’af maka, isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعَلٌ. Misalnya مَمَدٌّ، مَقْرَأٌ، مَنْصَرٌ، مَصَانٌ kecuali apabila fi’il mudhore’nya ikut wazan يَفْعِلُ maka, isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعِلٌ. Misalnya مَفِرٌّ، مَاْدِمٌ، مَضْرِبٌ.
Keterangan:
Bina’ ajwaf adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya (huruf ketiga) berupa huruf illat. Contoh: صَانَ، خَافَ asalnya صَوَنَ، خَوَفَ.
Bina’ shohih adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya tidak berupa hamzah dan tidak berupa huruf ‘illat serta ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya tidak berupa huruf yang sama. Contoh: نَصَرَ.
Bina’ mahmuz adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya atau ‘ain fi’ilnya atau lam fi’ilnya itu berupa huruf hamzah. Contoh: قَرَأَ، سَأَلَ، أَمَلَ.
Bina’ mudlo’af adalah kalimat yang ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf yang sama. Contoh: مَدَّ asalnya مَدَدَ
وَاعْكِسْ بِمُعْتَلٍّ كَمَفْرُوْقٍ يَعِنْ ¤ وَافْتَحْ لَهَا مِنْ نَاقِصٍ وَمَا قُرِنْ
Terjemah:
Dan bacalah fathah untuk (masdar mim, isim zaman dan isim makan) yang terdiri dari bina’ naqis dan lafif maqrun, dan kebalikan dari bina’ mu’tal (mitsal) sama halnya seperti bina’ lafif mafruq.
Penjelasan Syarah:
Masdar mim, isim zaman dan isim makan yang terdiri dari fi’il yang ber-bina’ naqis, atau bina’ lafif maqrun maka ikut wazan مَفْعَلاً baik ketika ‘ain fi’il mudore’nya dibaca fathah, dhommah atau kasrah. Contoh: مَشْوًى، مَغْزًا.
Dan ketika terdiri dari bina’ mu’tal fa’ yakni bina’ mitsal dan bina’ lafif mafruq maka ikut wazan مَفْعِلاً. Contoh: مَوْعِدًا.
Keterangan:
Bina’ naqis adalah kalimat yang lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya غَزَا asalnya غَزَوَ.
Bina’ mitsal adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya يَسَرَ، وَعَدَ.
Bina’ lafif maqrun adalah kalimat yang ‘ain dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya شَوَى.
Bina’ lafif mafruq adalah kalimat yang fa’ dan lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat. Misalnya وَقَى.
مِثْلَ مُضَارِعٍ لَهَا قضدْ جُهِلَا ¤ وَمَا عَدَا الثُّلَاثِ كُلَّا اجْعَلَا
عَيْنًا وَاَوَّلٌ لَهَا مِيْمًا يَصِر ¤ كَذَا اسْمُ مَفْعُوْلِ وَفَاعِلٍ كُسِرْ
Terjemah:
Adapun kalimat Fi’il yang hurufnya lebih dari tiga, maka jadikanlah pada masing-masing masdar mim, isim zaman, dan isim makannya sama dengan fi’il mudlori’nya yang dimabnikan majhul.
Begitu juga isim maf’ul dan isim fa’ilnya yakni dengan membaca kasrah pada ‘ain fi’ilnya, dan huruf awalnya menjadi mim untuk seluruhnya.
Penjelasan Syarah:
Kalimat fi’il yang hurufnya lebih dari tiga (4, 5 atau 6 huruf) maka masdar mim, isim zaman, isim makan, isim fa’il dan isim maf’ulnya seperti fi’il mudlori’ yang mabni majhul, namun mengganti huruf mudloro’ahnya dengan mim. Misalnya مُدَخْرَجٌ، مُكْرَمٌ، مُنْقَطَعٌ، مُسْتَخْرَجٌ seperti fi’il mudlori’ yang mabni majhul yakni يُدَخْرَجُ، يُكْرَمُ، يُنْقَطَعُ، يُسْتَخْرَجُ.
Dan khusus untuk isim fa’ilnya maka, ‘ain fi’ilnya harus dibaca kasroh. Misalnya مُدَخْرِجٌ، مُكْرِمٌ، مُنْقَطِعٌ، مُسْتَخْرِجٌ.
Demikianlah terjemah nadhom Maqsud bab Masdar dan Musytaq yang dapat kami sajikan. Semoga bermanfaat!
Download Terjemahan kitab Nahwu Wadhih Pdf
klik link dibawah ini :
Nahwu Wadhih di Al-Islam
Kitab Nahwu yang diajarkan di Pondok Pesantren Al-Islam adalah kitab Nahwu Wadhih, yang merupakan karya dari dua pakar bahasa dari Mesir, yaitu DR. Ali Al-Jarimi dan DR. Musthafa Amin. Kitab ini digunakan sebagai bahan ajar untuk santri dari kelas II sampai kelas VI di pondok pesantren tersebut.
Meski tidak setenar kitab Alfiyyah, al-Imrithy, atau Jurumiyyah, kitab Nahwu Wadhih memiliki keunggulan yang tidak bisa dipandang remeh. Kitab ini memiliki sistematika penulisan yang sistematis dan bertahap antar babnya, sehingga santri dapat memahami materi dengan lebih mudah dan terstruktur.
Sederet Keunggulan
Keunggulan kitab ini yang paling menonjol adalah banyaknya contoh dan variasi contoh kalimat yang begitu variatif. Hal ini sangat membantu santri untuk memahami dan menerapkan kaidah-kaidah nahwu dengan lebih baik. Selain itu, susunan bahasa yang mudah dipahami dan kaidah yang disertakan sesudah penjelasan membuat kitab ini sangat mudah dipelajari oleh santri .
Di akhir tiap bab, terdapat latihan-latihan yang sangat memadai yang dapat membantu santri untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari. Selain itu, cara mengi’rob kalimat dan contoh-contohnya juga sarat dengan nilai pendidikan, sehingga santri tidak hanya dapat memahami materi nahwu dengan baik, tetapi juga dapat memperoleh nilai-nilai pendidikan yang positif dari kitab ini.
Berikut adalah beberapa keunggulan kitab Nahwu Wadhih dan penjelasan singkatnya;
Banyak contoh.
Kitab Nahwu Wadhih memiliki banyak contoh yang menjelaskan kaidah-kaidah nahwu dengan jelas dan mudah dipahami. Contoh-contoh ini sangat membantu santri untuk memahami kaidah-kaidah tersebut dan menerapkannya dalam pembuatan kalimat. Selain itu, contoh-contoh yang ada di dalam kitab Nahwu Wadhih juga cukup beragam sehingga santri dapat lebih memahami konsep-konsep nahwu dengan lebih baik.
Variasi contoh kalimat yang variatif.
Contoh-contoh kalimat yang terdapat di dalam kitab Nahwu Wadhih tidak hanya banyak, tetapi juga variatif. Hal ini sangat membantu santri untuk memahami kaidah-kaidah nahwu dengan lebih baik karena mereka dapat melihat berbagai macam contoh kalimat yang menggambarkan penggunaan kaidah-kaidah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Susunan bahasa yang mudah dipahami
Kitab Nahwu Wadhih memiliki susunan bahasa yang mudah dipahami, sehingga santri dapat memahami materi dengan lebih mudah dan terstruktur. Hal ini sangat penting karena nahwu merupakan salah satu materi yang cukup kompleks dan membutuhkan pemahaman yang baik dari dasar-dasar bahasa Arab.
Kaidah yang disertakan sesudah penjelasan
Setiap penjelasan mengenai kaidah-kaidah nahwu yang terdapat di dalam kitab Nahwu Wadhih selalu diikuti dengan penjelasan mengenai penggunaan kaidah tersebut dalam kalimat. Hal ini sangat membantu siswa untuk lebih memahami penggunaan kaidah tersebut dalam praktek. Santri lebih mudah memahami melalui penjelasan yang ada sebelumnya, terlebih kemudian alur penjelasan yang ada disimpulkan dengan adanya kaidah.
Latihan-latihan yang sangat memadai di akhir setiap bab
Kitab Nahwu Wadhih dilengkapi dengan latihan-latihan yang sangat memadai di akhir tiap bab. Latihan-latihan tersebut meliputi berbagai macam soal yang dapat membantu santri untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari di dalam bab tersebut.
Contoh-contohnya sarat nilai pendidikan
Contoh-contoh yang terdapat di dalam kitab Nahwu Wadhih tidak hanya membantu santri untuk memahami materi secara teknis, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Hal ini sangat penting untuk membentuk karakter santri dalam hal kejujuran, kesantunan, dan nilai-nilai moral lainnya.
Dikenalkan metode i’rob
Dengan cara ini, pengetahuan santri tak hanya teruji sebatas bagaimana menyusun kalimat, memahami maksud dari setiap susunan, namun juga mampu mengidentifikasi kedudukan kata dalam kalimat. Meskipun kadar pengenalan i’rob dalam kitab ini masih sangat sederhana, namun ini sudah cukup untuk mengantarkan pemahaman santri dalam memahami struktur bahasa Arab dengan lebih baik.
Dengan demikian, kitab Nahwu Wadhih yang diajarkan di Pondok Pesantren Al-Islam memiliki banyak keunggulan yang dapat membantu santri untuk memahami dan menguasai materi nahwu dengan lebih baik. Dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, kitab ini sangat layak digunakan sebagai bahan ajar di pondok pesantren maupun lembaga pendidikan lainnya.
Terjemah Kitab Wadhih Bagian 1
Daftar Isi Kitab Nahwu Wadhih
BAB 1. Al Jumlah Al Mufidah
BAB 2. Ajzau al Jumlah (Taqsimu al Kalimah : Ismun, Fi’lun wa Harfun)
BAB 3. Taqsimu Al Fi’li bi i’tibaari Zamanihi (Al Fi’lu Al Madhi, al Fi’lu al Mudhari’ & Fi’lu al Amri)
BAB 4. Al Fa’il
BAB 5. Al Maf’ulu Bihi
BAB 6. Al Muwazanafu bayna al Fa’il wa al Maf’ulu Bihi
BAB 7. Al Mubtada wa al Khobar
BAB 8. Al Jumlatu Al Fi’liyatu
BAB 9. Al Jumlatu Al Ismiyatu
BAB 10. Nashbu al Fi’li al Mudhari’i
BAB 11. Jazmu al Fi’li al Mudhari’i
BAB 12. Raf’u al Fi’li al Mudhari’i
BAB 13. Inna wa akhowaatihaa.
BAB 14. Jarru al Ismi
BAB 15. An Na’tu
Terjemah Kitab An-Nahwu Al-Wadhih (Bagian 1)
بــــــــــــــسم اللّــــــــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم
BAB 1
>>>>>>>>>>>>> الجملة المفيدة / AL JUMLAH AL MUFIDAH<<<<<<<<<<<
******
AL AMTSILAH / الامثلة (Contoh-contoh):
Kebun itu indah = البُسْتَانُ جَمِيْلٌ
Matahari itu terbit = الشَمْسُ طَالِعَةٌ
Ali mencium bunga mawar = شَمَّ عَلِيٌّ وَرْدَةً
Muhammad memetik bunga = قَطَفَ مُحَمّدٌ زَهْرَةً
Ikan itu hidup di air = السَّمَكُ يَعِيْشُ فِي المَاءِ
Banyak pohon kurma di Mesir = يَكْثُرُ النَّخِيْلُ فِي مِصْرَ.
Pembahasan:
Apabila kita perhatikan susunan kalimat yang pertama, (contoh pada nomor 1 : yaitu : البستانُ جميلٌ, kita mendapatinya tersusun dari dua kata, yaitu :
Kata yang pertama ialah البستانُ dan kata yang kedua ialah جميلٌ.
# Maka apabila kita mengambil kata yang pertama saja maka yaitu “البستانُ”, kita tidak memahami artinya kecuali makna kata itu sendiri (yaitu: “taman“), yang mana itu tidak cukup untuk percakapan.
Dan begitu juga keadaannya, jika kita ambil kata yang kedua secara sendirian, yaitu misal : جميلٌ.
Akan tetapi, apabila kita gabungkan salah satu kata tersebut kepada kata yang lainnya sebagaimana contoh diatas, kemudian kita ucapkan: (البستان جميل) “Taman itu indah” Maka, kita akan memahami maknanya secara sempurna.
Dan kita akan mendapatkan faedah yang sempurna, yaitu : disifatinya taman tersebut dengan keindahan.
Oleh sebab itulah, susunan (البستان جميلة) dinamakan “Jumlah Mufidah/ kalimat yang sempurna“.
Kemudian dari setiap masing – masing kata dari kedua kata tersebut dihitung satu kesatuan dari kalimat tersebut.
Dan demikian juga penjelasan bagi sisa contoh diatas.
Dan dengan ini kita melihat bahwa 1 kata saja tidak cukup untuk percakapan. Oleh sebab itu, percakapan itu harus tersusun dari 2 kata (minimalnya) atau lebih sehingga orang – orang dapat mengambil faedah yang sempurna.
Contoh lain misalkan :
قُمْ ( berdirilah kamu (laki – laki) ), اِجْلِسْ (duduklah kamu (laki – laki)), تَكَلَّمْ (berbicaralah kamu (laki -laki))
Ketiga kata diatasnya, zohirnya terdiri dari satu kata saja yang cukup untuk digunakan dalam suatu percakapan.
Adapun hakikatnya, ketiga ucapan di atas masing – masing tidak terdiri dari 1 kata tetapi dia terdiri dari dua kata :
Kata pertama diucapkan yaitu : (قم)
Kata kedua tidak diucapkan yaitu : (أنتَ)
Yang mana dari pendengar akan memahami keduanya dalam percakapan meskipun ada 1 kata yang tidak diucapkan.
>>>>>>>> AL QOWA’ID / القاعدة (Kaedah – Kaedah)<<<<<<<<
Susunan kata yang memberikan suatu faedah yang sempurna dinamakan JUMLAH MUFIDAH Dan dinamakan juga KALAM.
Jumlah mufidah kadang tersusun dari dua kata dan kadang juga tersusun lebih dari dua kata.
Dan dari setiap kata padanya (yakni pada jumlah mufidah tersebut) dihitung sebagai satu kesatuan.
Catatan penting : Jumlah (الجملة) = kalimat – kalimah (الكلمة) = kata0
بقلمالفقيرة الى الله تعالىأم عبد الله ناجية عفا الله عنها
Baca : Nama Negara di Dunia dalam Bahasa Arab
Demikianlah pembahasan tentang Nahwu Wadhih. Semoga bermanfaat untuk kita semua ….
Terjemahan kitab Tauhid Sanusiyah klik dibawah ini : kitab Sanusiyah kitab matan Sanusiyah (arab) Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul B...